Joko Sudibyo atau lebih akrab disapa Masdibyo lahir di desa
Mangunharjo, kecamatan Arjosari, Pacitan, Jawa Timur pada tanggal 7 September
1962. Menginjak usia empat tahun, pakdhe-budhenya menginginkan Dibyo kecil
tinggal bersamanya. Di sana, Dibyo tinggal hingga kelas 4 sekolah dasar.
Mas Dibyo merupakan salah seorang pelukis bergaya
ekspresionis yang sangat produktif. Pada awal Tahun 1990-an dia pindah ke Tuban
dan sangat produktif pameran. Masdibyo mengemukakan bahwa seorang seniman harus menguasai
pemasaran sehingga bisa berkarier dan berkarya secara mandiri tanpa tergantung
kepada siapapun, termasuk kurator.
Saat berbicara pada bedah buku berjudul "Masdibyo
Pelukis Perasaan" karya Henri Nurcahyo di kampus Unesa Surabaya, ia
menegaskan bahwa kemampuannya di bidang pemasaran telah diasahnya sejak masih
mahasiswa.
"Jangan gengsi. Saya ketika masih kuliah, ketika
lukisan sudah dinilai oleh dosen, saya tawarkan kemana-mana dari pintu ke
pintu. Bahkan saya cicilkan. Misalnya harganya Rp50.000 ketika itu, dia
(kolektor) nyicil dua kali tiap bulan," katanya.
Pelukis kelahiran Pacitan, Jawa Timur, yang juga alumni
Jurusan Seni Rupa IKIP Negeri Surabaya (kini Unesa) itu mengaku tidak pernah
lelah untuk terus berkarya, meskipun belum tahu apakah lukisannya laku atau
tidak. Namun demikian ia mengaku bahwa tidak ada karya seni yang basi.
"Sekarang saya punya cara sendiri dalam pemasaran karya
saya. Saya biasa mengundang beberapa kolektor untuk makan di sebuah hotel,
kemudian saya beri tahu karya saya yang dipamerkan tiga bulan ke depan. Mereka
ternyata suka dan tidak aneh ketika pameran sudah banyak lukisan yang diberi
tanda karena sudah laku," ujarnya.
Ia mengakui bahwa cara seperti itu memang berbiaya tinggi,
namun dia yakin bahwa yang didapatkan setelahnya akan lebih banyak. Dengan cara
itu pula banyak kolektor yang membela jika ada seseorang yang menjelek-jelekkan
karya Masdibyo.
"Makanya saya berani berjalan sendirian. Kalian jangan
remehkan pelukis dari kampung ini. Ada yang bilang, kolektor bodoh yang membeli
lukisan saya. Tapi kolektor itu malah marah kepada yang menjelek-jelekkan karya
saya itu. Dia malah membela saya," ujarnya.
Menurut dia, menguasai pemasaran tidak kemudian seorang
pelukis menggadaikan idealismenya. Ia mengaku realistis setelah karyanya
selesai, dan idealisme itu muncul ketika ia berhadapan dengan kanvas.
"Idealisme itu adalah jika pelukis hidup dari
lukisannya. Setelah karya selesai, saya ada anak dan istri saya, ada lingkungan
saya yang menunggu. Itu harus diperhatikan," kata seniman yang pernah
selama 40 hari hanya tidur 30 menit setiap hari karena menyiapkan karya untuk
pameran tunggal itu.
Dia mengaku tidak ada rasa capek jika semua pekerjaan
dilakukan dengan landasan cinta. Karena itu ia berprinsip bahwa semua waktu,
baik siang maupun malam adalah "pagi" yang selalu menumbuhkan
semangat baru.
Selain pemasaran, menurut dia, seniman juga harus paham
mengenai manajemen, yakni bagaimana mengelola karya, mengelola waktu dan juga komunikasi
dengan banyak pihak.
Cantik by Mas Dibyo, 20016
Buku tanpa catatan by Mas Dibyo, 2016
Bermain Biola by Mas Dibyo, 1994
Biarkan saja mereka mau ngomong apa, kita tetap makan semangka by Masdibyo, 2016
Abstraksi bunga di Vas by Mas Dibyo, 140cm x 140cm, Mixed Media on canvas, 2006
Aquarium by Mas Dibyo, 2012Atraksi by Masdibyo, 2016
Atraksi by Masdibyo, 2016
Babi Ngepet by Mas Dibyo
Eva dan Anak ku Dinda by Mas Dibyo 1996
Dunia Kucing by Mas Dibyo, 2016
Digendong kakak by Mas Dibyo, 17cm x 30cm, oil on canvas, 2016
Expresi 7 Ikan by Masdibyo, Mixed media on canvas, 140cm x 200cm, 2006
Gadis Jeans by Mas Dibyo, 2003
Gadis Kucir dan Bunga Matahari by Mas Dibyo, 1989
Gadis Kuncir by Mas Dibyo, 1992
Kasih sayang by Mas Dibyo
Kau Aku, Aku juga Kau by Mas Dibyo, 2016
Memanjat tebing batu Pacitan by Mas Dibyo 2016
Flamboyan di Vas by Mas Dibyo
Kucing Terbahak by Mas Dibyo
Kucing by Mas Dibyo
Komposisi by Mas Dibyo, 2016
Mencari Solusi by Mas Dibyo, 2016
Menyambut Padi by Mas Dibyo, 2012
Merindu mu by Mas Dibyo, 2016
Pagi di Ppantai Klayar Pacitan by Mas Dibyo
Penari Dan Mercy by Mas Dibyo
Sang Penari by Mas Dibyo, 2006
Siang di Ppantai Klayar Pacitan by Mas Dibyo, 2016
Ya! by Mas Dibyo, 2016
Wanitaku by Mas Dibyo, 2016
Trio Guk guk by Mas Dibyo, 2005
Tebing Antara Ponorogo-Pacitan by Mas Dibyo, 140cm x 200cm, Mixed media on canvas, 2006
Sore di Ppantai Klayar Pacitan by Mas Dibyo, 2016
1 komentar:
Karya yg penuh makna
Post a Comment