Nasirun, perupa kelahiran Cilacap, 1 Oktober 1965 itu, memang seniman yang kuat dan kokoh dalam soal produktivitas dan kreativitas. Meskipun ia sudah jadi milyarder, tapi ia tetap naik motor bebek yang dibelinya sekitar tahun 1997. Kalau mau membeli mobil super car, tentu Nasirun sanggup, namun itulah sifat kesedehanaan nya.
Diawali menggambar di waktu kecil. Pada 1983, Nasirun belajar membatik dan mengukir di SSRI (Sekolah Seni Rupa Indonesia). Lalu 1987 masuk jurusan seni murni di ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) Jogja. Tapi kuliah di ASRI hanya mengerjakan tugas-tugas dari dosen. Baru pada 1991 terjadi akumulasi kesadaran bahwa seni lukis adalah profesi nya.
Nasirun lulus dari ISI Institut Seni Indonesia, Yogyakarta pada tahun 1994. Beliau pernah pameran tunggal di Yogyakarta, Solo dan Jakarta, dan telah berpartisipasi dalam berbagai pameran kelompok di Indonesia, Singapura dan Belanda. Penghargaan yang diterima termasuk Lukisan Terbaik ISI Yogyakarta tahun 1991; McDonald Award, Lustrum X, ISI Yogyakarta 1994, dan dia adalah salah satu pemenang hadiah Top Ten Awards Seni Indonesia pada tahun 1997.
Nasirun termasuk perupa yang diperhitungkan pada tingkat nasional dan regional. Karya-karyanya adalah usaha menafsir ulang seni tradisi (terutama wayang) dengan melakukan distorsi anatomi para tokohnya dan mengevaluasi struktur nilainya. Tak jarang, interpretasi itu dikaitkan dengan masalah sosial-politik yang sedang aktual dengan sentuhan humor dan ironi yang kental.
Nasirun seorang pelukis yang komplit. Tekniknya tinggi, imajinasinya luar biasa. Ia cerdas dan menguasai konsep, namun ia tidak meninggalkan segi estetik bahkan rasa merupakan sisi terkuat dari Nasirun. Karyanya ekspresif dan imajinatif.
Beberapa kisah inspiratif dan positif yang bisa dipetik dari pelukis yang memiliki sifat ramah dan bersahaja Nasirun.
Suatu hari, ia sedang melukis di rumahnya. Tiba-tiba ada seorang anak muda, memakai motor butut datang dan ingin melihat dia melukis.
"Saya kemudian ambilkan kursi. Kursinya juga lebih tinggi daripada kursi saya yang saya pakai duduk sambil melukis. Saya juga ambilkan minuman dan saya melanjutkan melukis," tutur Nasirun.
Dan pemuda itu asyik melihat saya melukis. Tiba-tiba pemuda ini sambil bicara pingin membeli lukisan yang sedang saya lukis.
"Mas Nasirun, saya seneng lihat lukisan ini, Boleh ya saya beli." kata anak muda itu. "Aduh bagaimana ya mas, ini mau saya pamerkan," jawab Nasirun. "Tolonglah mas. Saya seneng sekali dan pingin memilikinya." rengek anak muda ini.
Nasirun terdiam sejenak. Sambil dalam hati memikir. Kemudian dengan bahasa yang lugu dan kerendahan hati, akhirnya dia beranikan bicara. "Tapi ini mahal mas. Seratus tujuh puluh lima juta," jawab Nasirun.
"Ya mas Nasirun. Gak apa-apa," jawab anak muda ini. Tentu saja Nasirun kaget. Dari "potongannya" anak muda ini, pakaiannya T-shirt, naik motor butut. Tetapi kok mau beli lukisan saya.
Singkat cerita, anak muda ini meminta nomor rekening Nasirun dan pulang. Esok harinya ada mobil mewah datang bersama sebuah mobil box. "Pak Nasirun, saya mau ambil lukisan. Ini bukti transfernya, " seorang bapak setengah baya menyerahkan selembar kertas. "Lho....siapa mas yang datang kemarin itu ?" tanya Nasirun terheran heran. "Itu anak bapak..." tuturnya sambil menyebut nama seorang tokoh nasional, pengusaha ternama di Indonesia.
Kisah unik lainya, suatu hari Nasirun pernah diremehkan oleh pegawai dealer ketika mau beli sebuah mobil seharga Rp 400 juta. Semua yang datang ke dealer itu disambut para sales dengan senyum dan minuman teh botol sambil dijelaskan sistem cicilan. Tapi Nasirun karena potongan rambutnya gondrong, pakai celana pendek tidak ada satupun yang mau melayani.
Sampai kemudian istrinya datang dan membawa uang cash Rp 400 juta, Nasirun kemudian memanggil seorang sales dan ia bilang mau beli cash. Tentu saja sales itu malu dan bingung melayani. Lari ia menggambilkan teh botol. Nasirun senyum dan cerita.
"Rasa minumannya sudah tidak enak. Karena dari hati yang terpaksa bukan dari hati yang ikhkas." Itulah Nasirun. Seorang pelukis yang unik. Sikap hormat seorang Nasirun kepada teman, sahabat dan tamu-tamunya, kebersahajaan yang luar biasa, adalah kunci awal yang menjadikan karyanya menyentuh hatin orang. Teknik melukis, piawai memainkan warna dan pemahaman tentang lukisan yang indah, adalah modal dasar bagi seorang pelukis sukses. Yang lebih utama justru kesuksesan dia menaklukkan dirinya. Karya yang indah adalah ramuan penguasaan atas teknik melukis dengan kebersihan hati dan kebersahajaan.
Mitos dan Legenda Alas Pasetran Gondo Mayit by Nasirun, 200cm x 400cm , oil on canvas, 2002
Abstraction by Nasirun, 90cm x 145 cm, oil on canvas, 2014
Cingin Tuhon By Nasirun ,2000
Do'a untuk Bui by Nasirun
Festival Rampogan by Nasirun, 200cm x 300cm, oil on canvas, 2004
Figures By Nasirun ,1995
Indonesia Pusaka by Nasirun, 68.5cm x 68.5 cm, oil on canvas Mixed Carving Wood, 2011
Kyai Narsisrun by Nasirun, 200cm x 280cm, oil on canvas, 2009
Mintorogo By Nasirun ,1999
Pertiwi Jangan Menangis Lagi by Nasirun
Rupawan (rupa one) by Nasirun, 200cm x 300cm , oil on canvas, 2008
Setan Mbesan by Nasirun, 90cm x 145 cm, oil on canvas, 2001
The Death of Kumbokarno by Nasirun, 200cm x 400 cm, oil on canvas, 2001
Untitled by Nasirun, 250cm x 145 cm, oil on canvas, 2013
7 komentar:
saya pengen sekali berkunjung
Nasirun nerima murid gk ya
jadi inget pas ikut main ke rumah pak Made sukadana ada trus ketemu pak Nasirun. baik ramah, suka senyum. ah inget th 2001.
Aku juga punya mimpi seperti mas Nasirun, pernah aku ketemu pertama kali dengannya saat itu belum tenar. Di Balai Budaya Yogyakarta dalam acara pameran bersama para mahasiswa ISI tahun 1994 an. Bravo mas
Menerima anak didik apa tidak mas Nasirun ya?
Terima....
Dengerin Beliau ngomong asyik, santai, cool, kocak 👍😁🙏🙏
Post a Comment