Saturday, July 30, 2011

>> LUKISAN DAN BIOGRAFI RUDOLF BONNET


Johan Rudolf Bonnet lahir di Amsterdam - Belanda pada 30 Maret 1895 – meninggal di Laren - Belanda pada18 April 1978 pada umur 83 tahun, ia adalah seorang pelukis berkebangsaan Belanda yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di Ubud - Bali sebagai seorang pelukis. Dia adalah salah seorang dari banyak pelukis asing yang berkontribusi pada kemajuan seni lukis di Indonesia, khususnya di Bali.

Rudolf Bonnet lahir dari keluarga Huguenot Belanda yang selama banyak generasi telah menjadi pembuat kue / roti di Amsterdam. Bonnet berjuang keras untuk dapat keluar dari gaya hidup borjuisnya untuk menjadi seorang seniman lukis.

Ketertarikan Bonnet untuk hidup sebagai seniman membawanya ke Italia pada tahun 1920, di mana dia mendapat banyak pengaruh dari lukisan-lukisan renaisans. Dia menetap selama delapan tahun di desa Anticoli Corrado di sebelah Selatan kota Roma. Di Italia Bonnet bertemu dengan W.O.J. Nieuwenkamp, seorang seniman Belanda yang telah berkeliling di Hindia-Belanda dan kemudian menetap di sebuah villa di dekat kota Firenze. Nieuwenkamp-lah yang meyakinkan Bonnet untuk pergi ke Bali.

Bonnet sempat menjalani dua tahun sekolah di sekolah teknik Hendrick de Keyser di Amsterdam. Tahun 1913 dia mengikuti Ujian Nasional untuk sekolah seni rupa terapan negeri dan tahun 1916 dia lulus dari sekolah tersebut. Dia juga menjalani pendidikan formal di sekolah Rijksacademie van Beeldende Kunsten (Akademi Seni Adiluhung Belanda) di Amsterdam dan kursus dekorasi harian di Haarlem.

Rudolf Bonnet datang ke Hindia-Belanda (sebutan untuk Republik Indonesia pada zaman kolonial Belanda) pada tahun 1928 bersama kedua orangtuanya untuk mengunjungi saudara laki-laki dan perempuannya. Dia tiba di Batavia, Hindia-Belanda dia atas kapal S.S. 'Jan Pieterszoon Coen'. Dia sempat tinggal di kota Semarang, namun bujukan dan foto-foto yang ditunjukkan oleh Nieuwenkamp di Italia mendorong rasa ketertarikannya untuk pergi ke kepulauan di sebelah Timur Jawa.

Pada tahun 1920-an memang banyak seniman dari Eropa yang pergi ke Bali untuk melukis di sana karena keunikan budaya Bali. Bonnet berdasar rasa ketertarikannya juga menganjurkan banyak seniman lain untuk pergi ke Bali. Setelah sempat berkunjung ke Pulau Nias, Bonnet tiba di Bali pada bulan Januari 1929, di mana dia kemudian tinggal dan mulai menggambar dan melukis.

Bonnet segera menyukai tari-tarian, budaya arak-arakan dan upacara adat di Bali sehingga memutuskan untuk menetap di sana. Setelah dua bulan tinggal di Tampaksiring, dia pindah ke Peliatan di sebuah paviliun yang disewanya dari seorang punggawa (kepala desa) di Peliatan. Oleh punggawa tersebut dia diperkenalkan dengan orang-orang yang terkenal saat itu di sana, antara lain pelukis Jerman Walter Spies, serta pangeran kerajaan Ubud Tjokorda Gede Raka Soekawati dan Tjokorda Gede Agoeng Soekawati (raja Ubud pada masa 1931-1950, meninggal tahun 1978) . Mereka menjadi sahabat dekat, dan saat Spies pindah ke rumah baru di Campuhan, Bonnet menggunakan kediaman Spies di Ubud untuk mendirikan studio lukisnya di sana.

Di Bali, Bonnet kemudian bekerja dekat dengan Walter Spies yang berusia sama dengan Bonnet namun tiba di Bali lebih dulu daripada Bonnet (tahun 1927). Spies menyediakan Bonnet muda dengan fasilitas melukis yang baik dan subjek lukisan alternatif untuk lukisan mereka. Spies dan Bonnet menjadi sangat terlibat di kehidupan sosial, mereka bekerja bersama bertahun-tahun dan sangat berpengaruh pada kehidupan seni di Bali. Mereka bersama-sama mendirikan persatuan seniman Bali Pita Maha.
Rudolf Bonnet dan Walter Spies mewakili hidup ekspatriat gay Bali yang berbeda karakter dan polaritas pada masanya. Spies dikenal sangat semarak dan cemerlang oleh masyarakat Bali, sedangkan Bonnet dikenal lebih pemikir dan serius dalam menjalankan rencana-rencananya.

Setelah pasukan Jepang mendarat tahun 1942 di Hindia-Belanda, Bonnet tidak segera dipenjara seperti orang-orang Eropa lainnya. Namun tak lama setelah petugas militer Jepang baru datang di Ubud, Bonnet ditangkap dan diasingkan ke Sulawesi tahun 1943. Bonnet kemudian menghabiskan hari-hari tawanannya di perkemahan tawanan di wilayah Bolong dan akhirnya di Makassar sampai tahun 1947.
Setelah selesainya Perang Dunia II dan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, pada masa-masa Revolusi Nasional Indonesia Bonnet datang kembali ke Ubud. Seperti orang-orang dalam komunitas Belanda di Bali yang lain, Bonnet memutuskan untuk tinggal dan meneruskan pekerjaan melukisnya. 

Dalam kondisi ketidakstabilan politik pada masa itu, Bonnet mengadakan pameran lukisan paska-perang pertama di Bali, di bawah bantuan pemerintahan Negara Indonesia Timur saat itu. Saat paska-perang inilah pengaruh seni Bonnet di Bali mencapai puncaknya, dengan populernya Ubud sebagai pusat seni lukis dan adanya organisasi Pita Maha yang didirikannya bersama Walter Spies.

Tahun 1951 Bonnet mencoba mendirikan organisasi Golongan Pelukis Ubud yang serupa Pita Maha namun lebih berpusat pada para pelukis di daerah Ubud. Walaupun didukung seniman terkenal Ubud seperti I Gusti Nyoman Lempad dan Anak Agung Gede Sobrat, Golongan Pelukis Ubud tak dapat mencapai kesuksesan yang sama dengan Pita Maha.


"Dua orang gadis Bali" by R.Bonnet, Medium: Oil on canvas, Size: 129cm x 84cm, Year: 1955
*) Koleksi Bung Karno



"Dua Petani" by R.Bonnet, Medium: crayon on paper, Size: 71,5cm x 56cm, Year: 1957
*) Koleksi Bung Karno



"Joget" by R.Bonnet, Medium: water color and crayon on paper, Size: 139cm x 111cm
*) Koleksi Bung Karno



"Keluarga Italia" karya R.Bonnet, Media: tempera diatas kain, Ukuran: 150cm x 182cm
*) Koleksi Bung Karno



"Ni najas" by R.Bonnet, Medium: crayon on paper, Size: 58cm x 42cm, Year: 1950
*) Koleksi Bung Karno



"Penari-penari Bali sedang berhias" by R.Bonnet, Medium: water color on paper, Size: 105cm x 151cm, Year: 1954
*) Koleksi Bung Karno



"Seorang Pengarit" by R.Bonnet, Medium: crayon on paper, Size: 103cm x 71cm, Year: 1953
*) Koleksi Bung Karno



"Wanita Bali menabur bunga" by R.Bonnet, Medium: crayon on paper, Size: 124cm x 85cm, Year: 1952
*) Koleksi Bung Karno



"Francisco" by R. Bonnet, Size: 56cm X 35cm, Medium: Pastel on paper, Year: 1980
*) Auction: Masterpiece



"Ketoet Ray" by R. Bonnet, Size: 30cm x 18cm, Medium: Pastel on paper, Year: 1947
*) Auction: Masterpiece



"Male nude" by R.Bonnet, Medium: chalk on paper, Size: 58cm x 29.5 cm
*) Auction: Christie's Hongkong



"Ni Radji" by R.Bonnet, Size: 71cm x 50cm, Medium: Pastel on paper, Year: 1954
*) Auction: Masterpiece



"Nude" by R.Bonnet, Size: 40cm x 34cm, Medium: Pastel on paper
*) Auction: Masterpiece



"Tadrmina" by R.Bonnet, Size: 39cm x 27cm, Medium:Pastel on paper, Year: 1964
*) Auction: Masterpiece


"Elie Saralisa" by R.Bonnet, Size: 60cm x 50cm, Medium:Pastel on paper, Year: 1965
*) Auction: Masterpiece



"La Contessa Castel Nouro" by R.Bonnet, Size: 26cm x 19cm, Medium:Pastel on paper, Year: 1964
*) Auction: Masterpiece

4 comments:

  1. Terima kasih, post ini sangat berguna dan membantu untuk tugas saya :)

    ReplyDelete
  2. Terima kasih kembali KURO NEKO TAN, terima kasih telah berkunjung.

    ReplyDelete
  3. well.. I have that painting "Penari-penari Bali sedang berhias" by R.Bonnet, but not water color on paper

    ReplyDelete
  4. Saya mau jual lukisan R.bonnet
    Saya tidak tau asli/palsu karena saya juga boleh di kasih. Saya gak paham lukisan. WA saya 081280779191
    Terima kasih.

    ReplyDelete